![]() |
(Dari kiri ke kanan : Bang Ivan, Bang Ale, Bang Aziz Comi, Kang Is) |
Sekilas terbayang berbagai jenis euforia konser musik waktu itu.
Yup! Payung Teduh!
Aku mengenal grup musik ini dari ketidaksengajaan menonton salah satu acara musik favorit, RADIOSHOW, di stasiun TV swasta.
Hanya beberapa lagu yang sempat terdengar, namun keteduhan yang kurasakan waktu itu masih sangat teringat jelas sampai detik ini.
Kalau tidak salah, tahun 2012 adalah tahun pertama aku mengenal musik Payung Teduh.
Luar biasa keindahan yang kurasakan dari jumlah penikmat yang tidak terlalu banyak, mereka duduk 'lesehan' dan dengan serentak ikut melafalkan setiap bait yang dinyanyikan oleh Kang Is (Vocal), ikut menggoyangkan tubuh seirama dentuman contra bass yang dipetik Om Aziz Comi (Contra Bass) dan instrumen lain yang dimainkan Bang Ale Cito (Drum) dan Bang Ivan (Guitalele).
Aku sendiri bingung apa yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama dari kelompok musisi yang meneduhkan ini.
Nyaman sekali mendengarkan musik mereka, melihat kiri kanan banyak pasangan kekasih yang berpelukan mesra, melihat sekumpulan muda mudi yang bernyanyi dengan senyum indah menghias wajah mereka, dan aku sendiri seperti tersihir takjub melihat kepiawaian Payung Teduh melakukan ini semua.
Tinggal di ibu kota tidak serta merta memudahkanku bisa melihat mereka live di depan mata. Kesibukan bekerja dan kegiatan sosial membuatku sering kehilangan momen itu.
Tapi ada sekali kesempatan yang tidak sengaja juga kutemukan di akun twitter milih Payung Teduh official dan kebetulan aku punya sedikit waktu luang.
Waktu itu April 2013 dan aku berkesempatan merasakan langsung sensasi teduh yang diumbar-umbar lirik lagu mereka.
Tepat jam 12 malam, semua personil naik ke panggung (waktu itu mereka bintang tamu di acara pentas seni salah satu Universitas swasta di Jakarta). Semua penikmat musik mereka seketika menghambur ke depan panggung dan duduk 'lesehan', tidak terkecuali aku tentu saja ingin merasa lebih dekat dengan idola-ku, Sang Pujaan Hujan.
Beberapa lagu dilantunkan penuh penghayatan, hingga sampai ke lagu masterpiece-nya Payung Teduh, parararara~, RESAH.
Semua ikut bernyanyi, semua ikut menggoyangkan bahu mereka ke kiri dan ke kanan.
Indah sekali~
Tak terasa air mata mengalir di ujung mataku. Lirik lagu ini begitu menyentuh, begitu naif, begitu menggugah rasa yang terpendam di dalam hatiku. Seperti ada rasa cinta yang malu-malu kemudian meledak dari dalam dadaku, rasa egois, rasa ingin memiliki seseorang dengan begitu utuh. Ada kerinduan yang sangat dalam yang terasa dalam setiap lirik yang kemudian dimusikalisasikan dengan tambahan instrumen musik yang lembut nan menggelitik.
Luar biasa sekali sensasi yang kurasakan saat menikmati musiknya.
Bisa kalian bayangkan, mendengar musik tapi perasaan seperti sedang jatuh cinta dan merindu secara bersamaan. Bahagia dan sedih bercampur aduk.
Kesan pertama bertemu mereka langsung, itu yang tidak pernah bisa kulupakan.
Huft, walaupun aku kembali menikmati panggung mereka lama setelah itu, bulan September 2015 lalu.
But anyway, Terima kasih sekali Payung Teduh menciptakan musik dan lirik seindah itu.
Satu hal lagi yang tidak pernah kusesali saat diberikan kehidupan, tentu telah mengenal Payung Teduh.
Kotaku, 30 November 2015
@ 1: 02 AM