GOOD LIFE IS THE ONLY WAY TO A GOOD GOD

My photo
Wanita biasa tapi penyuka hujan dengan sangat teramat gila.. Penyuka tulisan apapun, terlebih bait-bait sedih yang membisikkan kerinduan. Pecinta pada pandangan pertama pada lirik-lirik lagu, Melankolis, perasa, kasar, mengingat segala sesuatu dari yang dirasakan, bukan dilihat atau dengar. Jatuh Cinta dengan sederhana kepada pemberi sentuhan, bukan dengan pemilik mata tajam. yah, finally siapa aja yang baca blog ini, welcome to my GOOD life :)

Sunday, November 29, 2015

PAYUNG TEDUH

(Dari kiri ke kanan : Bang Ivan, Bang Ale, Bang Aziz Comi, Kang Is)


Sekilas terbayang berbagai jenis euforia konser musik waktu itu.
Yup! Payung Teduh!
Aku mengenal grup musik ini dari ketidaksengajaan menonton salah satu acara musik favorit, RADIOSHOW, di stasiun TV swasta.
Hanya beberapa lagu yang sempat terdengar, namun keteduhan yang kurasakan waktu itu masih sangat teringat jelas sampai detik ini.

Kalau tidak salah, tahun 2012 adalah tahun pertama aku mengenal musik Payung Teduh.
Luar biasa keindahan yang kurasakan dari jumlah penikmat yang tidak terlalu banyak, mereka duduk 'lesehan' dan dengan serentak ikut melafalkan setiap bait yang dinyanyikan oleh Kang Is (Vocal), ikut menggoyangkan tubuh seirama dentuman contra bass yang dipetik Om Aziz Comi (Contra Bass) dan instrumen lain yang dimainkan Bang Ale Cito (Drum) dan Bang Ivan (Guitalele).

Aku sendiri bingung apa yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama dari kelompok musisi yang meneduhkan ini.
Nyaman sekali mendengarkan musik mereka, melihat kiri kanan banyak  pasangan kekasih yang berpelukan mesra, melihat sekumpulan muda mudi yang bernyanyi dengan senyum indah menghias wajah mereka, dan aku sendiri seperti tersihir takjub melihat kepiawaian Payung Teduh melakukan ini semua.

Tinggal di ibu kota tidak serta merta memudahkanku bisa melihat mereka live di depan mata. Kesibukan bekerja dan kegiatan sosial membuatku sering kehilangan momen itu.
Tapi ada sekali kesempatan yang tidak sengaja juga kutemukan di akun twitter milih Payung Teduh official dan kebetulan aku punya sedikit waktu luang.
Waktu itu April 2013 dan aku berkesempatan merasakan langsung sensasi teduh yang diumbar-umbar lirik lagu mereka.

Tepat jam 12 malam, semua personil naik ke panggung (waktu itu mereka bintang tamu di acara pentas seni salah satu Universitas swasta di Jakarta). Semua penikmat musik mereka seketika menghambur ke depan panggung dan duduk 'lesehan', tidak terkecuali aku tentu saja ingin merasa lebih dekat dengan idola-ku, Sang Pujaan Hujan.
Beberapa lagu dilantunkan penuh penghayatan, hingga sampai ke lagu masterpiece-nya Payung Teduh, parararara~, RESAH.
Semua ikut bernyanyi, semua ikut menggoyangkan bahu mereka ke kiri dan ke kanan.
Indah sekali~
Tak terasa air mata mengalir di ujung mataku. Lirik lagu ini begitu menyentuh, begitu naif, begitu menggugah rasa yang terpendam di dalam hatiku. Seperti ada rasa cinta yang malu-malu kemudian meledak dari dalam dadaku, rasa egois, rasa ingin memiliki seseorang dengan begitu utuh. Ada kerinduan yang sangat dalam yang terasa dalam setiap lirik yang kemudian dimusikalisasikan dengan tambahan instrumen musik yang lembut nan menggelitik.
Luar biasa sekali sensasi yang kurasakan saat menikmati musiknya.

Bisa kalian bayangkan, mendengar musik tapi perasaan seperti sedang jatuh cinta dan merindu secara bersamaan. Bahagia dan sedih bercampur aduk.
Kesan pertama bertemu mereka langsung, itu yang tidak pernah bisa kulupakan.

Huft, walaupun aku kembali menikmati panggung mereka lama setelah itu, bulan September 2015 lalu.

But anyway, Terima kasih sekali Payung Teduh menciptakan musik dan lirik seindah itu.

Satu hal lagi yang tidak pernah kusesali saat diberikan kehidupan, tentu telah mengenal Payung Teduh.

Kotaku, 30 November 2015
@ 1: 02 AM

Apakah Tuhan Pernah Menyesal?

Memikirkan kata yang tepat untuk memulai menuliskan catatan ini, semakin bingung karena sesungguhnya back song 'Malam Kudus'-nya Delon sangat tidak cocok diputarkan sebagai pengiringnya
#nowlistening : Delon - Malam Kudus

(actually wrote on Dec, 2012)

hello world, my virtual world.. *sigh*

Menjadi bagian dari keluarga ini adalah impianku sejak aku paham apa itu ayah dan ibu, kedua orang yang kutau 'bekerja sama' menjadikan aku sampai sekarang.
Apakah Tuhan tau ini yang kuinginkan?
Apakah Dia tidak pernah menyesal menitipkan aku ke dalam keluarga ini?
Menjadi anak sulung dari 6 bersaudara dan sekarang merasa bertanggung jawab juga atas kelangsungan masa depan adik-adikku.

23 tahun sekarang aku..
berbagai jenis pencapaian dan kegagalan silih berganti dalam kehidupanku.
Sampai minggu ini, yang kurasa kegagalan terpahit yang pernah kukecap dibanding dengan yang sudah-sudah.
Hiring a job, got a chance to reach it, and i broke it by myself, setelah harapan-harapan yang muncul dari orang-orang terdekat terutama keluargaku.
Apakah Tuhan pernah menyesal membiarkan aku dengan begitu mudahnya mencapai tahap akhir dan kemudian membiarkan aku terjatuh saat aku mencapai titik tertinggi, padahal saat aku terjatuh, saat itu juga aku membawa jatuh semua keluargaku karena tangan kami yang sedang berkaitan satu dengan yang lain?
Apakah Tuhan pernah menyesal tidak membiarkan aku mendapatkan kemenangan atas pekerjaan itu?

Esok harinya setelah pengumuman 'kekalahan' itu..
Semua orang mencari sela untuk saling menyikut, memijak dan menyalahkan satu dengan yang lain.
Kejatuhanku yang ku anggap ikut serta menjatuhkan mereka, berakibat sangat buruk untuk semua kejadian tadi malam.
Aku tak bisa berkata apa-apa.
my broken family.. oh my God..
Siapa yang peduli sama keadaan keluarga ini? is Jesus do?
Apakah Tuhan pernah menyesal membiarkan kami menangis meratap dan memohon agar semua pertengkaran di rumah ini selesai?
Aku tau Dia sedang menyiapkan sesuatu yang indah untuk keluarga ku.
tapi aku sama sekali tidak bisa bersabar, terlebih tidak bisa bertahan atas semua keadaan disini sekarang.
di kiri meminta mati, di kanan ingin membunuh.
lantas kenapa mereka diam saja dan tak melaksanakan keinginannya?
Yes, Jesus do.
Dia masih mendengarku.
Menjauhkan semua keinginan jahanam kami..

Saturday, November 28, 2015

ENTAH BERANTAH...

"that i do by Wye Oak" playing softly in my earphone..


Memandang matamu, sendu mengalir ke nadiku
Menggenggam tanganmu, hangat menjalar hingga ke ubun-ubunku
Ada yang bergetar, tak ku tau apa itu
Ada yang kemudian berdegup kencang, itu jantungku, aku tau
Tapi aku tak tau apa sebabnya

Kuyakinkan diriku, kubalas genggamanmu
Semakin lama semakin tak ingin kumelepasmu
Kupagut lembut bibirmu, semakin besar rasa ingin tau ku

Kupejamkan mataku berharap setiap saat disisimu akan lebih terasa nikmat
Kemudian aku terhenyak, kau masih disampingku
Kubuka mataku dan pasrah kehilangan momen hangat ini
Kubuka dan kupandangi mata sendu dan senyum genitmu
"Ini tak akan bertahan lama"
Dan kuputuskan habiskan semua tenagaku untuk mencuri semua pesonamu



Hari berikutnya,
Ada terselip waktu berdua denganmu lagi
Dan kusadari sudah, aku jatuh dalam pesona liarmu
Tak ada rasa menyesal sedikitpun
Bahkan untuk menatapmu dengan marah, aku tak kuasa

Aku menikmati melakukan segala sesuatu denganmu
Sekalipun sulit untuk tertawa lepas saat bersama

Hening sekali rasanya hatiku
Hingga membuatmu menerobos dengan mudah
"Cinta yang kuyakini tak pernah salah
Yang menjadikannya haram adalah aku menaruhnya di tanganmu"
Tangan yang mengangkatku ke awan
Dan tak ragu-ragu menghempaskanku ke lautan luas

Aku terjatuh begitu dalam sampai tak bisa mendengar apapun

Beberapa saat sebelum aku kehilangan nafas
Ingatan terakhirku adalah kau yang terbang tinggi dengan sayapmu
Tersenyum melihatku terjatuh

Sekarang aku ingin mengenangmu dengan segala keindahanmu
Dan sempatkan mengenangku dengan sedikit kemurahan hatimu



Kotaku, 28 November 2015
@ 1.29 am